Salah Pikir

Senin, 17 Agustus 2015

Pukul 12.34 WIB.



Siang ini, kepalaku terasa berat. Leherku berkali-kali goyah demi menahannya agar tidak ambruk. Sepertinya, aku mengantuk dan butuh tidur.

Tapi, aku lebih senang menghalau kantuk yang mendera itu. Mengusirnya jauh-jauh. Sebelum ia berhasil melelapkan mataku.

Aku menyetel musik keras-keras. Volume suara menanjak naik hingga batas maksimal. Memperdengarkan lagu rock yang bisa memekakan telinga. Dan kuyakin, kantuk yang bergelayut di mataku pasti bakal lari terbirit-birit.

Benar!

Rasa kantukku berkurang. Menyusut. Mataku tak jadi terlelap.

Namun, kepalaku masih berat.

Aku mencoba mencari solusi. Akan kutumpas batu-batu yang seolah membebani kepalaku. Dan aku memilih secangkir kopi hitam pekat yang amat pahit, sebagai palu yang akan merontokkan bebatuan itu.

Lumayan berhasil!

Mataku membuka lebih lebar. Melek.

Tetapi, kepalaku masih berat. Aneh.

Baru saat itulah aku berpikir apa penyebabnya. Aku coba mengingat kronologi tadi pagi. Mungkin ada yang kulewatkan. Mungkin ada petunjuk di sana.

Dan, aku ingat, tadi pagi tubuhku menggigil. Kian bertambah gemetar ketika diguyur air. Padahal udara cukup hangat. Tidak ada alasan untuk kedinginan.

Ah, sepertinya aku tahu apa yang kubutuhkan: Beberapa butir paracetamol berdosis ringan dan segelas air. Bukan lagu yang memekakan telinga ataupun secangkir kopi.

Aku cuma butuh obat rupanya!

Aku hanya sedang demam, bukan mengantuk!

Komentar

Postingan Populer