CETAK BIRU



Aku memandangi awan yang berarak pelan. Seperti kawanan biri-biri yang berbaris menuju padang rumput. Langit siang ini cerah. Anginnya berembus sepoi. Manja. Meniup tiap helai rambutku.

Aku kini sedang berbaring di hamparan rumput. Membentuk wajahmu dengan khayalan. Awan di atasku kini, sempurna membentuk wajahmu. Hasil kreasi tangan-tangan khayalan. Imajinasi luas seolah tanpa batas.

Mungkin benar: Kematian memang selalu jadi pemisah. Batas dari waktu bersama kita. Tetapi, sebuah hubungan yang sejati, tak pernah mengenal batas ataupun pisah. Tidak pernah.

Memang benar nyawamu sudah tak menetap di raga. Tubuhmu kini telah tertimbun tanah. Ditelan bumi. Tapi bayangan serta kenanganmu masih menetap di otakku. Tak pernah hilang. Lekat di dinding ingatan.

Maka, mudah saja bagiku bila aku merindukanmu. Khayalan dan lmajinasi selalu berhasil menghadirkan sosokmu kembali. Meski hanya aku yang bisa melihatnya secara utuh dan jelas.

Ah! Kenangan yang kau tinggalkan, bagaikan sebuah cetak biru. Aku tinggal membangunnya menjadi sebuah bentuk.

Komentar

Postingan Populer