Pria Tua Itu



Pria tua itu selalu melakukan hal sama setiap pagi: Berlari-lari kecil di depan tokonya, dengan hanya memakai celana pendek. Tubuhnya yang kurus berbalut kulit keriput dipapar sinar matahari. Jika diperhatikan dengan saksama, tingkahnya lebih menyerupai seorang bayi berusia tiga tahun yang ingin menggosongkan kulitnya.

Aku memerhatikannya dari seberang jalan. Berpura-pura memainkan ponsel, namun mataku melirik padanya. Aku bisa melihat kakinya gemetar, setiap kali ia mengayunkannya ke depan. Seolah habis direndam dengan air dingin sekian menit. Diiringi kulit keriputnya yang menggelambir seakan meleleh.

Aku tidak tahu apa motivasi pria tua itu melakukan kegiatan—yang menurutku—aneh tersebut. Mungkin saja ia sedang mencoba mempertahankan stamina tubuhnya, agar tetap prima. Bukankah keringat yang mengucur karena berolah raga itu menyehatkan? Pertanda kelenjar-kelenjar di bawah kulitmu, masih berfungsi dengan baik.

Mungkin juga pria tua itu sedang melakukan semacam ritual. Barangkali gerakan lari-lari itu adalah salah satu gerak tari demi mengundang sesuatu: Mungkin keberuntungan. Agar tokonya ramai atau; agar kesehatan jasmani dan rohani tetap terjaga. Entahlah.

Masih banyak kemungkinan lain yang terpikirkan di kepalaku. Namun, rasanya terlalu kurang ajar jika aku memaparkannya lagi. Akan aneh dan berlebihan.

Aku pun tak ingin, jika seandainya aku berumur panjang dan menua sepertinya; ada seorang pemuda berpikiran aneh-aneh tentangku. Tentu aku tak mau.

Aku memutuskan bangkit dari dudukku. Berjalan menjauh.

Biarlah ia melakukan apa yang menurutnya baik. Aku tidak berhak mencampurinya.

Komentar

Postingan Populer