Katamu: Malaikat Maut



Siang ini kamu bercerita:

"Kemarin malam aku bertemu malaikat maut. Dia menyentuh kepalaku. Menjambak rambutku, seolah hendak menarik nyawaku dari ubun-ubun. Tapi, aku selamat, ketika matahari terbit menjemput pagi."

Semua orang terkagum-kagum. Mendengarkanmu dengan takzim. Penasaran bagaimana wujud malaikat maut. Serta, cara membebaskan nyawa dari cengkramannya.

Aku tergelak, ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan bodoh itu. Perutku sampai sakit, diguncang tawa yang meledak-ledak.

"Hai, orang-orang yang takut mati, jangan percaya sama dia," ucapku.

Dan kulihat wajahmu dan wajah orang-orang itu memerah. Geram.

"Kamu nggak bakal ada di sini, duduk bercerita seperti orang hidup, kalau malaikat maut datang padamu semalam." Aku menudingmu, menghakimimu dengan tegas.

"Lancang kamu!" Kamu membantah. Suaramu parau meluapkan amarah.

Aku tersenyum. Perlahan berjalan menuju tempatmu duduk. Lantas menundukkan tubuh, mendekatkan bibir ke kupingmu. Sebisik suara kutusukkan ke telingamu:

"Ibumu cerita, tadi pagi, ia menjambak rambutmu agar kamu cepat bangun. Biar kamu gak ketinggalan sholat subuh."

Kulihat kamu menelan ludah. Wajahmu memerah. Entah karena marah atau malu kebohonganmu terbongkar.

Komentar

Postingan Populer