Maaf, Saya Orang Teraniaya yang Aniaya

(sumber gambar: Google)

Aku merasa berdosa lantaran pernah berharap kau tertimpa celaka. Juga sempat mengutukmu agar hidupmu sengsara, diserang kemalangan bertubi-tubi, hingga kau berpikir hidup ini tiada arti dan mengakhirinya. Saat itu aku sangat yakin Tuhan akan berpihak padaku. Mengabulkan segala permohonanku itu.

Namun lambat-laun, setelah beragam pemahaman masuk ke otakku, banyak hal yang jadinya kusesali. Sampai sekarang aku bisa tertawa sendiri bila mengingat segala kebodohanku itu. Sekaligus membuat mataku berkaca-kaca yang bila aku berkedip sekali saja akan tumpah genangan air membaluri pipi.

Ceroboh sekali aku ini telah berani memerintah Tuhan, dengan berdalih orang aniaya akan segera dikabulkan doanya. Kurang ajar sekali aku ini telah menjadikan Tuhan sebagai perpanjangan tangan atas kejahatan yang tak berani kulakukan secara langsung padamu. Maka kepada Tuhan aku memohon ampun. Maaf sebesar-besarnya.

Dan untukmu, tiada lain yang bisa kulakukan—sebab aku terlampau pengecut untuk menonjok mukamu—selain memaafkanmu. Seraya berharap kau berubah menuju ke tabiat yang lebih baik. Karena kuyakin tiada kebahagiaan bisa kau rengkuh tanpa ada kebaikan yang kau lakukan.

Entah apa kau akan percaya atau tidak, itu bukanlah urusanku. Bahwa manusia selalu punya pilihan, bukanlah sekadar mitos belaka.

Komentar

Postingan Populer