Dendam yang Memang Takkan Membawamu ke Mana-mana



Meski terdapat embel-embel cinta di judulnya, menurut saya, ini bukanlah novel yang melulu berkisah soal cinta-cintaan. Bila ditakar, porsi tentang cerita cintanya hanya sekitar 30 persen. Selebihnya, tentu saja, mengenai konflik antara Keyzia dan Melody.

Cerita bermula ketika karir Keyzia sebagai penyanyi tengah merosot. Ia sering mendapat banyak pembatalan kontrak secara sepihak, yang membuatnya sepi job dan gagal manggung. Hal ini diperparah dengan sikapnya yang amat labil, alay, sering uring-uringan, angkuh, egois, suka menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya, juga, iri hati.

Tetapi ada alasan kenapa tabiat Keyzia bisa sedemikian buruk. Keluarga yang kurang harmonis, yang hanya berpikir segalanya bisa dituntaskan dengan uang, adalah penyebab itu semua.

Dalam kondisi serba buruk yang tengah dialaminya itu, karir Melody, si gadis berjilbab berbudi luhur yang juga seorang penyanyi lulusan The Singer itu, malah menanjak. Keyzia merasa kesal. Ia merasa tersaingi. Menganggap Melody telah merenggut kesempatannya untuk jadi terkenal. Sehingga ia rela melakukan segala cara demi menumbangkan popularitas Melody, sekalipun cara yang diambilnya berasal dari pikiran yang dangkal dan mampu melukai perasaan orang lain. Terutama ketika ia mempercayai dunia klenik macam cincin bertuah yang berisi.

Satu hari Keyzia menemukan cara untuk menjatuhkan Melody. Dengan mulut sederas keran, ia melancarkan fitnah-fitnah berkaitan dengan cincin yang dipakai Melody, dengan mengatakan: bahwa cincin itu mengandung kekuatan magis yang mampu membuat penggunanya tenar. Sebuah cincin pengasihan.

Bagai burung nasar yang menemukan bangkai, para awak media melahap perkataan Keyzia dan menyebarkannya sebagai berita palsu khas kekinian. Nama Melody pun tercemar. Gadis berjilbab itu dituduh sebagai pengikut setan.

Alih-alih membersihkan namanya, melakukan pembelaan, Melody malah membiarkannya. Berserah diri pada Yang Maha Kuasa. Ia percaya masih ada orang waras di negeri ini. Terlebih ia mendapat dukungan moral dari kawan-kawannya, sehingga bisa menerima berita miring ini dengan kesabaran tingkat tinggi.

Merasa belum puas, Keyzia lantas mengerahkan segala upaya untuk menjatuhkan Melody. Didorong rasa penasaran, ia lantas mencari informasi mengenai cincin Melody, yang kemudian membuatnya bertemu dengan Ragiel—anak Pak Aang, yang ternyata teman ibu Keyzia.

Sejak pertemuan mereka berdua itulah, kisah mulai berangsur seru. Konflik mulai menanjak naik. Jati diri Keyzia dan masa lalu Salmah, ibunya, pun terkuak. Konflik terus meroket hingga meletus kemudian.

Konflik seperti apa? Dan kenapa bisa terjadi? Bisa kalian temukan sendiri di novelnya.

Ada banyak hikmah yang kiranya bisa kita ambil dari novel tersebut. Terlebih si penulis menyisipkan beberapa potongan ayat al-qur’an dan hadist yang tentu saja tetap enak dibaca. Beberapa, bahkan banyak sekali hikmah yang bisa kita gali dari perilaku Keyzia sebagai tokoh sentralnya, dalam mengarungi alur cerita.

Satu di antaranya adalah mengajarkan kita bagaimana bersikap baik pada teman. Dalam bersikap sesama teman-temannya dalam genk cewek-dengan-keluarga-tak-bahagia, ditampilkan bahwa Keyzia suka semau gue, datang ketika hanya sedang butuh saja. Sungguh bukan sikap yang patut dianut. Dan Keyzia sendiri merasakan akibat dari tabiatnya itu.

Lantas perihal dendam yang tak membawamu ke mana-mana, tidak lain adalah hasil dari kedengkian Keyzia semata pada Melody. Toh gadis berjilbab itu tidak pernah mengusiknya sama sekali, apalagi membuat masalah. Keyzia seolah mewakili sosok manusia paling ambisius yang hanya mementingkan hasil bukan proses. Sehingga cara apa pun rela ditempuhnya tanpa peduli akan dampak buruknya bagi orang lain juga dirinya. Dan itulah yang diperolehnya. Ia seolah hanya berlari di tempat, tanpa beranjak sedikit pun. Malahan, karirnya makin terpuruk. Kapok!

Salah satu fragmen cerita yang saya suka adalah: cerita ketika Salmah, ibunya Keyzia, bertengkar dengan Chandra, bapaknya Keyzia, soal cincin akik berharga ratusan juta. Di sini selayaknya kita bisa memahami bahwa manusia adalah makhluk Tuhan paling lucu. Bagaimana tidak, mereka bisa membuat hal-hal yang seolah tampak tidak ada gunanya selain hanya sebagai hiasan jemari tangan atau leher, seperti batu akik dan bunga anthurium. Trend juga imej yang tersemat untuk benda-benda itu adalah semata alat yang dipakai demi mendongkrak harga benda-benda itu hingga mengalahkan benda-benda yang jelas fungsinya. Seperti yang dilakukan Chandra yang hendak menukarkan uang setengah milyar dengan dua buah cincin akik, padahal sebelumnya ia sudah pernah terjebak trend bunga anthurium yang pada akhirnya layu menjadi sampah.

Namun seolah tak kenal kapok, yang namanya manusia, dalam hal ini diwakili oleh Chandra, tidak menggubris sekalipun sang istri bilang: akik di Indonesia itu hanya seharga sepiring nasi padang (hal. 24). Juga, meramalkan bahwa trend batu akik bakal senasib dengan trend gelombang cinta: lihat tuh tanaman yang kamu banggakan di samping rumah. Kamu bisa menjualnya lagi? Nggak, kan? Bahkan gratis pun tak akan ada yang mau, Kang. Itu juga yang akan terjadi dengan akikmu (hal. 26). Chandra sungguh menggambarkan manusia paling bebal dan berkuping tebal yang enggan dibantah ucapannya, yang gemar menyingkirkan akal sehatnya demi memuaskan nafsunya belaka. Khas kebanyakan orang yang mengaku kekinian.

Untuk gaya bercerita, saya pikir menarik dan sangat enak dibaca. Dengan disertai pula diksi-diksi ringan namun berkesan. Sangat bisa dinikmati. Saya pikir si penulis memang sudah cukup mumpuni dalam hal bernarasi ataupun berdialog.

Patut dipuji adalah kepiawaian si penulis dalam menciptakan benang merah di setiap fragmen cerita. Sempat saya berdecak kagum: Bagaimana bisa ini bisa tembus sana-sini dengan logika yang masuk akal dan nyambung.

Namun begitu, novel ini tidaklah lepas dari kekurangan. Bagian cerita yang bercerita soal masa lalu Salmah, ibu Keyzia—menurut saya—mendapat porsi yang terlampau sedikit. Hanya sekitar lima halaman saja. Sehingga terkesan tergesa-gesa. Cas-cis-cus. Padahal bagian itu memegang peranan penting yang mengubah alur cerita. Terutama psikologis Keyzia sendiri.

Juga masih adanya beberapa typo yang saya temukan, yang untungnya tidak terlalu mengurangi kenikmatan saya dalam membaca novel ini.

Namun, secara keseluruhan, novel ini sudah baik dan layak dijadikan koleksi atau teman demi menumpas rasa bosan.

Selamat membaca dan menilainya.

Sukses selalu untuk penulisnya.

Komentar

Postingan Populer