Apa Kau Yakin Perbuatan Baik yang Selama ini Kau Lakukan Adalah Benar Tindakan Baik?



Dalam film Point Break terdapat adegan yang menurut saya berkesan—tentu saja selain aksi ekstrem yang dilakoni oleh para aktor—yaitu: adegan ketika dua anggota FBI (entah bertugas di bagian apa) meyakinkan Utah bahwa Bodhi adalah senyata-nyatanya penjahat, setelah Bodhi dan kawan-kawannya telah berhasil menumpahkan bijih emas senilai ratusan juta dollar milik perusahaan multinasional AS ke jurang, dan melihat Utah meragu untuk menangkap Bodhi dan komplotannya itu.

Satu di antara dua anggota FBI itu berdalih: bahwa penjahat selalu punya alasan untuk membenarkan tindakan jahatnya.

Dari perkataan itu saya sempat berpikir: Benarkah apa yang dilakukan Bodhi adalah benar-benar satu kejahatan?

Jika menelaah apa yang dilakukan Bodhi, tampaknya memang satu kejahatan, lantaran telah membuat kerugian sebuah perusahaan di AS. Dan kita pun terlanjur memafhumi bahwasanya merugikan orang lain secara materi adalah tindak kejahatan. Right!

Hanya saja bila dilihat dari lain sisi, semisal, dampak buruk serta kerusakan lingkungan akibat penambangan bijih emas, kita akan menemukan juga tindakan kejahatan lainnya; yang barangkali lebih bengis dari yang dilakukan Bodhi dan kawan-kawannya dengan menumpahkan emas dan menaburkan uang di perkampungan miskin. Belum lagi apabila terdapat tindak pembunuhan bagi mereka yang bersikeras enggan menjual lahannya yang mengandung emas itu, atau yang lebih buruk adanya perbudakan. Bukankah itu lebih mengerikan, Bung?

Contoh paling nyata barangkali bisa kita lihat di negeri kita sendiri. Tepatnya di pulau kita Irian Jaya di mana Freeport menguras cadangan emas di tempat itu hingga hampir kerontang, dengan mengorbankan banyak orang yang tinggal di sana.

Saya dulu sempat mengira bahwa lubang besar di sana adalah hasil kreasi Knock Up Stream (air yang menyembur hingga ke langit dalam serial one piece) yang melemparkan bagian pulau itu ke langit. Terlebih nama pulaunya hampir sama, yaitu: Jaya. Huehehe...




Namun rupanya, ya, para oknum itulah pelakunya. Imajinasi saya terlalu mengada-ada rupanya.

Bodhi dan kawan-kawannya memang melakukan kejahatan. Tetapi orang-orang yang dirugikannya juga melakukan hal serupa. Bahkan bisa jadi lebih keji. Namun entah kenapa yang harus menanggung hukuman hanyalah Bodhi semata. Dan orang-orang itu malah dilindungi bebas oleh hukum. Seolah perbuatan mereka bukanlah kejahatan atas nama kemanusiaan. Seakan itu legal.

Kembali saya teringat pada cerpen Italo Calvino yang berjudul "Kambing Hitam". Sebuah cerpen yang bercerita tentang sebuah negara yang seluruh penduduknya berprofesi sebagai pencuri. Satu ketika muncul seorang yang jujur dengan keengganannya untuk mencuri, yang tentu saja merusak sistem yang selama ini berlangsung di negara itu. Para tetangganya memperingatinya bahwa yang dilakukan bisa mengganggu keharmonisan. Menganggap kejujurannya itu salah. Sementara mencuri adalah tindakan yang benar.

Saya jadi terpikir bagaimana bila yang kita anggap sebagai tindakan baik, semisal: bersedekah, berkata jujur, atau lainnya yang kita anggap terpuji seperti yang ada dalam kitab suci, rupanya sebuah tindakan yang dianggap salah oleh sistem sebuah negara. Sementara tindakan yang kita anggap tercela justru dianggap hal yang legal, yang seolah 'boleh-boleh saja' dilakukan.

Mungkin kita memang perlu meragukannya. Jangan-jangan apa yang kita anggap baik itu adalah suatu kejahatan. Bisa saja begitu. Barangkali kini sudah saatnya bagi kita semua untuk mengkaji ulang mana perbuatan baik yang pantas kita anut; dan mana perbuatan buruk yang seharusnya kita jauhi. Sebab kini semuanya mulai terlihat absurd. Berkabut. Kalau tidak bisa dibilang campur aduk.

Komentar

Postingan Populer