Kipas Angin yang Memusingkan

Jika kau membiarkan kepalamu diterpa embusan dari kipas angin terlalu lama; kuyakin kau akan merasa pening.

Sama. Seperti yang kurasakan kali ini.

Selama dua jam, aku menyejukkan tubuh dengan kipas angin. Mengguyurkan udara di bagian-bagian tubuh yang rawan berkeringat, seperti: leher, dada, dan kening.

Namun, sial bagiku, karena kipas angin itu tidak bisa menoleh ke kanan dan ke kiri secara otomatis. Sehingga udara yang berembus hanya berpusat padaku.

Awalnya, aku mengira itu takkan menjadi masalah. Tetapi aku menyesal telah meremehkannya. Kepalaku benar-benar pening sekarang. Panas. Seolah terkena flu.

Aku lantas mematikan kipas angin, karena merasa tak betah dengan kondisi seperti ini. Membiarkan putaran baling-balingnya berangsur berhenti.

Sayangnya itu ide yang buruk. Terutama di puncak musim kemarau seperti sekarang. Dengan matahari yang seolah membesar dua kali lipat.

Belum ada lima menit berlalu tanpa embusan dari kipas angin, bulir-bulir keringat mulai merembes dari pori-pori kulitku. Membuat tubuh basah, seolah habis diguyur air.

Ah, merepotkan sekali!

Kepada teman khayalanku—semua orang seharusnya juga memilikinya—aku bertanya, "Jika kita membenci sesuatu dan ingin sekali menghindarinya, tetapi kita belum menemukan alternatif yang tepat, apa yang harus kita lakukan?"



"Aku tidak paham apa maksudmu," balas teman khayalanku.

"Maksudku, mana yang lebih baik? Bertahan bersama apa yang kita benci atau bertahan dengan alternatif yang ada meskipun itu payah?"

"Tergantung di mana letak kejenuhan tertingginya."

"Lantas?"

"Mana yang menurutmu lebih buruk?"

"Berdasarkan perhitunganku, pilihan pertama adalah yang terburuk."

"Itu bagus."

"Kau setuju?"

"Persetujuanku tidak ada gunanya. Aku hanya memberi saran. Keputusan selalu ada padamu."

"Dan dalam hal ini, aku adalah kamu, begitu pula sebaliknya."

"Kau tahu betul tentang itu."

Ya, lantas aku menyalakan kipas angin itu kembali, tetapi kali ini memberinya jarak sedikit lebih jauh dari sebelumnya.

Alternatif yang ada, barangkali terbatas. Tetapi kita masih bisa mengakalinya, bukan?

#Yo_ndak_mblooooo?

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer