Hujan Gelembung



Langit mendung, sejak subuh tadi. Awan tebal kelabu, menghalangi sinar matahari. Seolah meredupkannya.

Berangsur-angsur awan mendung itu kita tebal dan pekat. Menghimpun kekuatan untuk mengguyur bumi. Kami yang sudah lama menunggu datangnya hujan, tak sabar untuk menjumpai tetesan yang pertama.

Tetapi, setelah lama menunggu, yang muncul dari awan hanya gelembung air. Bukan rintik air. Gelembung-gelembung air itu mengambang di udara, perlahan turun ke bumi, dan pecah begitu menyentuh tanah. Memercikkan air yang langsung diserap oleh pori-pori tanah.

Kami sedikit kecewa dengan penampakan hujan yang baru ini. Bagaimana bisa hujan yang biasanya berupa jarum-jarum air, berubah menjadi gelembung? Bagaimana cara kami menikmati hujan yang berupa gelembung itu? Tentu rasanya bakal lain. Bakal aneh. Bakal tidak menyenangkan, karena kami sudah terbiasa menikmati hujan berupa jarum-jarum air.

"Memang apa sih keinginan Tuhan, kok malah menciptakan model hujan begini?"

"Iya, kenapa coba?"

"Lho memang kenapa?" tanyaku.

"Kita tidak biasa dapat hujan begini."

"Lho, dibiasakan kan bisa?"

"Tapi susah."

"Apanya yang susah? Belum juga dicoba, sudah bilang susah."

Aku mencoba memberi keyakinan pada orang-orang bahwa hujan berupa gelembung air ini bisa dinikmati layaknya hujan berupa jarum-jarum air.

Bukankah apa pun yang diturunkan Tuhan, bisa dimanfaatkan. Berguna bagi manusia.

Kita hanya perlu menemukan cara untuk menikmatinya. Kenapa malah rewel?

Komentar

Postingan Populer