Siapalah Kita, Sayang?

Siapalah kita ini, sayang? Kau seperangkat wifi; sementara aku sebatang ponsel pintar. Aku ingin kita saling terhubung, hanya saja kau menyembunyikan satu hal terpenting yang membuatnya jadi sulit: password-nya.

"Jika kau ingin mengetahuinya, datang saja ke 'rumahku' dan tanyakan langsung pada mereka," saranmu.

Itu hal menyebalkan lagi sukar. Andaikan kau mendekam di warung pinggir jalan yang secangkir kopinya bisa ditebus tiga ribu perak saja, tentu aku tak keberatan untuk ke sana. Masalahnya, kau berada di sebuah cafe elit yang secangkir kopi hitamnya yang termurah dibanderol empat-puluh ribu rupiah. Sinting! Padahal kopinya belum tentu enak, meski tempatnya sangat nyaman. Lagipula, aku bukan penggila kopi.

Ah, kita beda kelas, sayang. Beda status. Dramatisnya, hidup kita berbeda bagai langit dan bumi. Kau di atas, aku terjungkal jauh di bawah; dan ini layak dirayakan dengan menyanyikan sebuah lagu cengeng. Olala...

Komentar

Postingan Populer