Jelek

"Ketika aku bilang, kalau kamu cantik, aku tidak benar-benar tulus mengatakannya."

Si gadis langsung cemberut. Ucapan lelaki itu berhasil mengusik benaknya, serupa paku yang menghunjam cepat dan tepat di hatinya. Perih sekaligus merasa terhina. Saat mendengarnya, ia seperti balon yang diisi udara terlalu penuh yang, bila tak segera berhenti ditiup akan segera meledak.

Ia masih mengingat, bahwa sudah ribuan kali lelaki itu memuji kecantikan parasnya; dan setiap kali pujian itu datang padanya, ia selalu menghadiahi lelaki itu dengan kecupan di bibir atau pipi. Namun, ia sungguh tak menyangka, kalau lelaki itu akan berkata demikian; ketika ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan lelaki itu, secara sepihak. Satu hal yang sungguh di luar dugaannya. (Ia mengharapkan si lelaki akan menangisinya dan bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka.) Ucapan itu sungguh tak ubahnya seperti: sebuah tangan yang datang perlahan menuju pipimu, seolah akan membelainya; namun ternyata si tangan hanya bertugas untuk mengoleskan balsem jahanam ke pipimu dan membuatnya panas.

Si lelaki beranjak dari kursi, dan dengan tenang melangkah pergi. Sedangkan, si gadis menahan kekesalannya agar tidak keluar menjadi umpatan penuh amarah. Ia sungguh tak ingin membuat lelaki itu besar kepala, dengan memberi kesan kalau dirinya merasa jelek.

Komentar

Postingan Populer