Gadis Bermata Sedih

Suatu kali, aku bertemu dengan gadis berwajah lumayan cantik. Gadis itu memiliki mata yang berkaca-kaca, seolah akan menangis. Sehingga, lelaki yang melihatnya akan jatuh iba padanya, dan ingin melesakkan tubuh si gadis dalam pelukan, seraya mengusap lembut kepalanya.

Tentu saja, ini hanya pendapatku secara sepihak, saat aku melihat gadis itu. Kau boleh tak setuju. Namun, sejujurnya, aku tak peduli. Hidup ini saja sudah terasa begitu sulit dan menyesakkan dan memuakkan dan memualkan dan menyebalkan, sehingga tidak perlu lagi menambahinya dengan mendengar dan mengikuti pendapat orang lain soal apa yang terbaik bagi hidupmu. Toh, kita punya akal masing-masing yang, andaikan masih waras, bisa digunakan untuk membedakan mana yang baik atau yang buruk. Jadi, seandainya ada seorang kawanmu yang berkeras hati mengatakan bahwa kopi yang enak adalah kopi tanpa campuran gula, sementara kau menyukai kopi yang dipadukan dengan gula, krim, dan susu; maka boleh-boleh saja kau menolak tawaran kawanmu itu untuk mencicipi kopi tanpa campuran.

Tubuh gadis itu kurus, dan agaknya tidak layak disebut langsing. Dan saat aku melihat tangannya, aku membayangkan sebuah tulang yang langsung dibungkus oleh kulit kuning langsat yang mulus, tanpa terlebih dulu dilapisi daging. Hal itu semakin menjadikannya tampil mengibakan.

Melihatnya, aku sungguh merasa kasihan padanya. Padahal, aku yakin wajahnya tak mengandung kesedihan jenis apa pun (percayalah, aku cukup pandai membedakan mana orang yang sedang bersedih dan mana yang sedang bahagia). Dan andaikan saat itu ia menitikkan setetes air mata, keyakinanku itu pasti akan runtuh seketika menjadi debu, dan langsung saja percaya bahwa ia sedang sangat bersedih—meski alasan air mata itu jatuh lantaran matanya kemasukan debu.

Tak lama, ia tersenyum begitu mendapat sebuah pesan dari ponsel pintarnya. Senyuman tipis yang menyembunyikan deretan giginya, tapi sudah cukup menyembulkan lesung pipitnya. Dan ketika aku berhasil mencuri pandang pada saat itu, aku menemukan satu pemandangan ganjil: Kebahagiaan dan kesedihan, seolah berenang bersama-sama di wajahnya. Serupa paradoks.

Semua karena matanya yang kelihatan sedih itu, dan senyum manisnya yang tiba-tiba muncul.

Komentar

Postingan Populer