Terlanjur Basah, Sekalian Saja Mandi
Bukanlah perkara mudah untuk menguasai satu bidang pekerjaan atau kemampuan. Apalagi, bila rupanya Anda baru mulai untuk menceburkan diri di sana. Tentu kesulitannya bakal berlipat.
Sebagai contoh: Menulis.
Dari beragam acara jumpa penulis, para penulis itu selalu memiliki kesamaan sikap yang membuat mereka sampai di titik kesuksesan sekarang—biasanya mereka mengatakannya setelah ditanya oleh seorang audiens dengan pertanyaan yang cenderung sama: Bagaimana caranya jadi penulis?—yaitu: Bekerja keras.
Setelah mengatakan hal itu, biasanya mereka akan bercerita soal kesulitan-kesulitan yang mesti dilalui, juga tentang kegiatan apa saja yang bisa membantu seseorang bisa menulis cukup baik. Misal saja, Eka Kurniawan, dalam sebuah acara yang kebetulan saat itu saya menghadirinya, mengatakan bahwa dahulu ia pernah sempat berpikir untuk berhenti menulis lantaran pekerjaan itu dianggap tidak menjanjikan. Terlebih lagi, novel pertamanya, Cantik itu Luka sempat dicibir sebagai karya gagal. Namun beruntung ia tidak lekas berputus asa.
Lalu, ada lagi M Aan Mansyur, yang mesti mengeluarkan semua tulisan buruk dari dalam kepalanya, yang konon jumlahnya puluhan, hanya demi membuat satu tulisan yang bagus. Juga ia sempat bercerita mesti menulis ulang novel (karya orang lain) hanya demi mendapatkan sensasi si penulis saat menulis novel tersebut. Mengagumkan sekali. Dan hal itu bukanlah hal ringan, yang gampang dikerjakan.
Ada lagi, Seno Gumira Ajidarma, yang mengibaratkan menulis itu seperti naik gunung. Tujuannya satu, ke puncak, namun jalurnya beda-beda. Ada jalur terpendek. Ada jalur yang jauh. Ada jalur yang gampang. Ada pula jalur yang punya pemandangan yang indah. Dan untuk menemukan jalur-jalur itu, harus sering-sering naik gunung dan mempelajarinya. Baru kalau sudah hafal, Anda mau pakai jalur-jalur mana pun, terserah Anda. Suka-suka Anda.
Ia juga sempat menyinggung, awal-awal dahulu ia menulis, juga mengalami kesulitan. Bingung bagaimana menuliskan apa yang terkandung dalam kepalanya. Hingga ia perlu mencontek karya-karya bagus, demi menemukan karya mana yang kiranya enak dibaca.
Juga banyak lagi yang lainnya, yang selalu menekankan betapa pentingnya sebuah kerja keras. Meski dengan beragam versinya masing-masing.
Namun saya pikir, bukan hanya menulis saja yang membutuhkan kerja keras agar bisa bagus. Bidang lainnya pun membutuhkan hal itu.
Contoh lainnya, Anda tak akan bisa bicara dengan bahasa asing, kalau Anda tak mempelajari bahasa itu atau melakukan sesuatu yang bisa meningkatkan kemampuan berbicara Anda dalam bahasa tersebut.
Atau, jika Anda ingin jadi seorang komikus, namun malas menggambar, malas cari referensi komik lain yang sudah lebih dulu tayang, malas belajar, tentu bidang itu akan jadi mustahil bagi Anda.
Atau, Anda tidak akan jadi seorang koki yang handal, kalau hubungan Anda dengan dapur tidak akur.
Semua butuh kerja keras dan tentunya keseriusan, memang. Istilah gampangnya: Sudah terlanjur basah, ya, sudah sekalian mandi, sekalian berenang, sekalian menyelam saja.
Jangan setengah-setengah dong! Jadi orang jangan gampang mutungan gitu!
Komentar
Posting Komentar