1. Aku sering berpikir dan beranggapan dan berasumsi kalau semua manusia, di mana pun ia berada, memiliki kesialan yang sama (atau bolehlah kita sebut itu sebagai penderitaan), yaitu: HIDUP.

2. Sakit adalah risiko orang hidup. Petuah itu membuatku teringat dialog sebuah film yang aku lupa judulnya, yang berbunyi begini:

"Apa itu sakit?"

"Sialan, itu sakit banget!"

"Bersyukurlah, itu artinya kamu masih hidup."

3. Satu hari, di meja kasir sebuah swalayan, aku dan seorang temanku menunggu giliran untuk membayar dua kaleng coke dingin. Pelanggan sebelum kami adalah keluarga kecil yang terdiri dari suami dan istri dan seorang balita. Belanjaan mereka banyak, satu troli penuh, seolah-olah mereka hendak mengurung diri di rumah selama sebulan. Aku dan temanku memperhatikan saat sang suami meletakkan satu per satu barang belanjaan di meja untuk dihitung, dan saking banyaknya barang yang mereka beli, aku sempat mengira bahwa si petugas kasir akan selesai menghitung semua itu seabad kemudian. Sang istri tak membantu memindahkan barang-barang itu, ia sedang menggendong anak lelaki mereka yang montok dan menggemaskan. Beruntung kami tak sampai melewatkan menit-menit pertama pemutaran film karena mesti mengantri cukup lama. Dalam perjalanan dari swalayan menuju bioskop, temanku sempat berkata:

"Pria tadi bikin kagum."

"Apanya?"

"Dia mungkin masih berumur dua-puluh-lima tahun, sama seperti kita, tapi ... ya ampun, dia hebat sekali, dia mapan, punya istri cantik, dan bayi yang ganteng. Hidupnya pasti bahagia."

"Bisa jadi itu cuma kelihatannya saja."

"Maksudnya?"

"Kamu enggak lihat wajah pria itu suntuk banget, seperti orang lagi menahan marah. Aku berani bertaruh, jika kamu colek ujung hidungnya sedikit saja, dia akan meledak dan bakal menghajarmu habis-habisan. Dan istrinya, ya memang benar dia cantik, tubuhnya sangat menggiurkan, tapi air mukanya menunjukkan kalau dia sedang bosan setengah mati, entah karena apa. Dan bayi itu, entah kenapa, seperti tidak mengenali ayah-ibunya, mungkin dia diasuh oleh pengasuh bayi atau siapalah."

Tentu saja, itu asumsiku belaka, hanya demi mempertahankan prinsip bahwa: di dalam hidup selalu ada penderitaan. Atau, sesungguhnya hidup adalah penderitaan itu sendiri?

4. Aku kebanyakan mengoceh dan seharusnya kamu tahu ini semua hanyalah omong kosong. Intinya, aku tidak tahu: aku sedang bicara apa sih?

Komentar

Postingan Populer