Suatu hari ia terjangkit penyakit yang tidak hanya tak tersembuhkan tetapi juga menyiksanya saban hari tanpa ampun.

Beberapa temannya yang mengetahui penyakitnya itu mengatakan padanya untuk tak lekas berputus-asa, bilang kalau segala penyakit ada obatnya.

"Ya, tapi obat itu belum ada sekarang, dan aku nggak tahu kapan obat itu akan ditemukan," katanya, sebagai bentuk kemuakan atas segala penghiburan yang baginya terdengar percuma itu.

Sebagian temannya yang menerima jawaban itu, perlahan-lahan tak lagi menaruh peduli padanya. Sebagian lainnya masih setia mendampinginya dan memberi penghiburan yang mereka pikir akan berguna.

Salah satu dari mereka memberi alamat sebuah toko obat yang konon mampu membantunya mengatasi penyakitnya.

Suatu siang, ia berangkat ke toko itu. 

Di sana ia disambut oleh seorang pria tua yang melayaninya dengan sangat ramah. Pada pria tua itu ia menceritakan perihal penyakitnya.

"Saya harap pil ini mampu membantu anda," kata si pria tua seraya menyerahkan sebungkus pil berwarna legam padanya.

Ia menerimanya.

"Apa ini?" tanyanya.

"Pil penghilang rasa sakit."

Mendengar jawaban itu ia mendesah, lalu bertanya, "Lalu, bagaimana dengan penyakitku?"

"Itu belum ada obatnya."

"Kalau begitu aku nggak butuh pil-pil ini." Ia mengulurkan bungkusan itu kembali ke pria tua itu.

Namun pria tua itu memaksa agar ia menerimanya, seraya berkata, "Memang pil-pil ini tidak akan menyembuhkan penyakit anda, tapi paling tidak anda tak akan begitu merasakan rasa sakitnya."

Komentar

Postingan Populer