WANITA-WANITA CANTIK

Aku baru sadar bahwa selama ini aku hidup bersama gadis-gadis cantik. Terlebih aku hidup di sebuah kota metropolitan yang tentunya menjadi incaran banyak orang demi janji kehidupan—yang katanya—lebih baik dan cemerlang. Mereka akan pergi dari tanah kelahiran mereka, merantau ke kota kelahiranku ini. Surabaya.

Setiap aku berangkat kerja, di jalan, sering kujumpai gadis-gadis SMA berwajah segar seperti bunga baru mekar yang diguyur embun pagi. Sebagian dari mereka bertubuh ramping nyaris kurus. Sebagian lagi bertubuh sintal dengan lekuk tubuh aduhai. Sebagian lainnya memiliki tubuh yang tak sebegitu gemuk, tapi tetap menarik untuk dipandang.

Tak heran jika aku tak ingin lekas mati. Gairah hidupku seakan tak pernah kehabisan niat untuk berjumpa dengan matahari esok pagi, lusa dan seterusnya.

Tak hanya gadis SMA yang memang tubuhnya sedang dalam proses pematangan, yang menarik perhatianku. Wanita-wanita yang dibalut blazer, juga tak kalah menarik. Malahan lebih mengagumkan. Wajah-wajah mereka yang kadang bisa kau lihat dari balik kaca mobil mereka yang sedikit diturunkan. Kesan perawatan salon dengan berbagai proses yang pasti membuat para pria kesemutan bila dimintai menunggui si wanita, jelas terulas di wajah mereka. Riasan tipis, yang sepadan dengan warna kulit mereka yang cemerlang dan licin, membuat mereka kian mempesona.

Belum lagi, para SPG yang betebaran di tiap sudut mall, bila sesekali aku mampir di sana. Mereka juga cantik dan menarik. Terlebih jika itu SPG untuk pameran otomotif, yang cenderung berbusana minim dengan rok jauh di atas lutut dan pusar yang dibelai dinginnya udara penyejuk ruangan. Bisa-bisa membuat para lelaki—mungkin kau dan aku salah satunya—berharap dilahirkan menjadi seekor lalat saja, yang mampu menyelusup di antara sepasang paha mulus itu, tanpa perlu ketahuan.



Ya Tuhan! Ampuni aku jika otakku ternyata masih kotor.

Namun sayangnya, aku bukan lelaki agresif yang dengan gampangnya menjulurkan tangan untuk berkenalan. Percayalah, aku tak seberani itu. Aku hanya bisa mengagumi mereka dari kejauhan. Dengan rekor jarak terdekat tak kurang dari lima meter.

Satu-satunya pendekatan yang pernah kulakukan pada seorang wanita, lebih menyerupai seekor nyamuk yang terbang perlahan menuju kupingmu dan tiba-tiba mengagetkanmu dengan dengungan dari sayap-sayapnya yang mungil. Dan itu memakan waktu yang tidak sebentar.

Tapi begitulah mungkin ciri seorang pencinta seni. Tak perlu menyentuh. Cukup melihatnya dari balik bingkai kaca dan menilainya. Karena sentuhan terkadang bisa merusak keindahannya.

Sungguhlah rugi mereka yang melewatkan maha karya Tuhan yang satu ini. Mereka yang lebih sibuk saling berbantah-bantahan menjadi yang paling benar. Yang terlalu angkuh untuk mengakui bahwa mereka hanya monyet-monyet bodoh yang perlu banyak membaca.

Mungkin, sudah saatnya kita sisihkan segala tabiat buruk kita. Bila perlu meletakkannya di keranjang sampah. Dan mulai berterimakasih kepada Tuhan telah menciptakan wanita dengan segala keindahannya.

Selepas bersyukur, janganlah lupa untuk merawat keindahan itu agar tetap terjaga.

Sekian!

Komentar

Postingan Populer