ARTI SEBUAH NAMA

Setiap hari aku selalu membawa doa dari orangtuaku. Tidak hanya doa yang memang sengaja dipanjatkan, melainkan juga doa yang terlantun secara otomatis melalui nama yang kusandang.

Hal ini mengacu pada pepatah: nama adalah doa.

Oke, perkenalkan, namaku Muhammad Shofyan Dwi Kurniawan. Cukup panjang memang. Terdiri dari empat kata. Yang sering dijuluki oleh teman-temanku, sebagai kereta empat gerbong.

Jika kau keberatan mengucapkan namaku secara lengkap, silakan saja panggil aku: Shofyan Kurniawan. Sederhana, kan?

Aku tak pernah bertanya apa arti namaku kepada Ayah-Ibu. Secara alamiah, setelah membaca buku-buku sejarah dan pepak basa jawa, aku tahu artinya.

Pertama, Muhammad. Rasanya kau pasti mengerti dari mana nama ini berasal. Rasul terakhir yang dikirim Tuhan sebagai rahmatan lil alamin.

Tujuan mereka memberi nama itu—mungkin—agar satu hari aku memiliki sifat-sifat luhur Sang Nabi: jujur, amanah, tabligh, dan cerdas.

Yups, semoga saja berimbas pada sifatku.

Kedua, Shofyan. Berasal dari salah satu sahabat Nabi SAW, yang pernah memimpin Mekkah. Abu Sufyan.

Entah mengapa huruf 'U' bisa berubah menjadi 'O'. Analisisku mengatakan; karena kedua orangtuaku asli jawa, yang kemungkinan terbiasa mengatakan suku kata gabungan 'O'—misal: opo, ora, telo, loro, soro, doro, dan lainnya—tidak heran jika akhirnya huruf 'U' berubah jadi 'O'.

Tujuannya mungkin, agar aku bisa menjadi sosok nomer satu. Merajai. Mendunia. Terkenal. Menempati puncak.

Aamiin, semoga terwujud.

Ketiga, Dwi. Berarti dua. Tidak salah lagi, ini diambil karena aku adalah anak kedua yang dilahirkan.

Keempat, Kurniawan. Di pepak basa jawa, berarti karunia (pemberian). Yang kupikir memiliki dua makna sekaligus. Satu, mungkin karena menganggap kelahiranku sebagai karunia Tuhan. Dua, mungkin agar aku bisa menjadi karunia terbesar bagi alam semesta.

Aku yakin begitu.

Karena nama yang begitu indah maknanya itu, aku berterima kasih pada mereka—Ayah dan Ibu. Meski dalam keseharian, aku adalah anak bandel dan keras kepala, yang sering berbuat kekonyolan. Juga penyebab beberapa masalah. Serta masih kerdil, masih berada di dasar klasemen kesuksesan—yang hingga saat ini aku tak mengerti apa patokan sukses itu.

Aku akan mencoba mengabulkan doa itu.

Bagiku, satu-satunya doa yang bisa kita kabulkan, tidak lain adalah nama-nama baik yang layak mendapatkan tempat terbaiknya.

Komentar

Postingan Populer