Hidup Seekor Lalat

Pagi itu, seorang pria datang ke sebuah warung pinggir jalan. Setelah memesan segelas susu-jahe hangat, pria itu duduk di salah satu bangku panjang dan mulai membaca koran hari ini dan hanya mendapati berita-berita yang membosankan. Tapi ia tetap membacanya.

Tak lama, pesanannya datang. Ia hanya sedikit menoleh ketika si penjaga warung meletakkan segelas susu-jahe panas di sampingnya, tanpa mengucapkan sepatah pun kata. Sambil menunggu minumannya sedikit mendingin sehingga tidak membakar lidahnya saat ia meneguknya; ia kembali menekuri koran. Seolah tak ada pilihan lain guna membunuh waktu.

Saat pria itu sedang takzim membaca koran, seekor lalat terbang mendekat ke arahnya.

Lalat itu berputar-putar sejenak di sekitar pria itu, sebelum hinggap di bibir gelas. Lalat itu mulai merayap menuruni bibir gelas, hendak menyesap lautan susu di bawahnya.

Sialnya, saat si lalat mulai menjulurkan mulutnya, ia malah tergelincir, dan tercelup ke lautan susu yang masih panas itu. Si lalat meronta-ronta, menggerakkan keenam kaki dan sepasang sayapnya dengan liar, berusaha untuk tidak tenggelam. Namun seekor lalat tetaplah seekor lalat. Ia tidak ditakdirkan untuk bisa berenang. Bagaimanapun ia mencoba, tak akan ada hasilnya. Hanya membuat sayapnya basah sepenuhnya, sehingga terlalu berat untuk dikepakkan. Keenam kakinya mulai letih.

Kala si lalat di ambang kematian, di saat bersamaan pria itu hendak menyesap minumannya. Pria itu langsung menyadari ada seekor lalat yang bergerak-gerak dalam minumannya.

Melihat momen itu, si lalat sempat berharap agar pria itu mengentaskannya dari lautan susu yang akan menenggelamkan dan merenggut nyawanya.

Semoga ia pria baik, mohon si lalat. Semoga ia mau menolongku.

Alih-alih menciduk si lalat dan melepaskannya hidup-hidup, dengan satu telunjuknya, pria itu malah membenamkan tubuh mungil si lalat ke dalam lautan susu hingga tenggelam sempurna.

Sial, ternyata ia bajingan, gerutu si lalat.

Tepat sebelum si lalat mati karena kehabisan napas, ia sempat berpikir barangkali harapannya itu terlalu besar. Bagaimanapun ia hanya seekor makhluk kecil yang ketiadaannya seolah tak akan membuat alam semesta ini merugi.

Tak lama, bangkai si lalat mengapung kembali. Pria itu menciduknya, lalu dengan satu sentilan, ia melemparkan bangkai si lalat ke udara, sebelum mendarat di lantai dan terinjak oleh sandal salah seorang pengunjung baru.

Komentar

Postingan Populer