Dilema Kopi Sobek


Kau bisa terjebak dalam dilema saat kau ingin membuka kopi saset sementara kau tak memiliki gunting atau pisau. Dan ketika kau berupaya merobek bagian bergeriginya, yang kau pikir akan memudahkanmu, ternyata hanya membuat jemarimu memerah tanpa membuahkan hasil dan hanya menjadikan bungkus itu sedikit melar saja. Kemudian, kau mungkin terpikir untuk mencabiknya dengan gigi, namun rupanya bungkus itu terlalu licin untuk kau gigit. Kau pun lagi-lagi gagal membukanya.

Pilihan terakhirmu ada pada bagian saset yang mirip sirip di punggung ikan mujaer, yang merupakan pertemuan kedua sisi kiri dan kanan dari bungkus kopi itu. Caranya: satu tanganmu mesti memegang bagian sirip tersebut, sementara tangan lainnya mencengkeram bagian depan dari saset. Lalu secara bersamaan kedua tanganmu saling menarik dengan arah yang berlawanan, dengan tenaga yang terukur. Tidak terlalu lemah, maupun terlalu kuat. Sebab jika tenagamu terlalu lemah, usahamu tak akan berhasil. Namun jika terlalu kuat, kau bisa menghamburkan isinya ke mana-mana dan ritual ngopimu terpaksa urung dilakukan—kecuali kau punya kopi saset lainnya; atau pergi ke warung kopi; atau jika kau sudi memungut serbuk kopi yang berhamburan di lantai dan menyeduhnya.

Inilah dilemanya. Tenagamu tidak boleh terlalu lemah atau terlalu kuat.

Kondisi ini memang tidak jauh berbeda ketika kau menghadapi seorang wanita yang tengah naik pitam. Dan jika kau pernah berpikir bahwa hanya wanita saja yang bisa membuatmu dilema, percayalah, kau salah, Bung. Benar-benar salah.

Ternyata, sekadar bungkus kopi pun juga bisa.

Komentar

Postingan Populer