Dodo

Suatu hari ada seekor dodo, dan ia mati dengan tenang, namun tiba-tiba saja ia hidup kembali. Ia mulai berlari-lari, seraya berkata, Hei, lihat aku! Semuanya, aku ini dodo! Dan aku masih hidup!

Tentu saja tidak ada yang percaya, karena semua dodo telah punah.


Dodo sudah punah, kata mereka. Kau itu burung, atau bisa jadi seekor ayam.

Sebenarnya kau memang terlihat seperti ayam, kata mereka.

***

Dodo itu pun bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Selama sesaat ia tetap bersikeras.

Tapi aku ini dodo! katanya. Aku ini dodo! Titik

Orang-orang menertawainya.

Lantas mengabaikannya.

***

Akhirnya, dodo itu pun menyerah.

Ada baiknya aku berpura-pura jadi ayam, katanya. Hanya untuk sementara, sebentar saja. Sampai semua ini berlalu.

Dodo itu mulai mengamati perilaku para ayam, lantas mempraktikkannya. Ia lumayan berhasil saat berjalan sambil bersuara bok-bok-bok-bok dan menggoyangkan kepalanya maju-mundur.

Menjadi seekor ayam bukanlah kehidupan yang menyenangkan, tapi ini lebih baik ketimbang ditertawakan dan diolok-olok. Seiring waktu, dodo itu mulai terbiasa.

Bahkan ia mendapat pujian.

***

Namun suatu hari dodo itu lewat di depan sebuah museum dan ia melihat spanduk berukuran besar. Spanduk itu bertuliskan: PERAYAAN UNTUK DODO. Ia masuk ke museum itu dan berkeliling.

Dodo itu mempelajari sejarah para dodo. Dari mana mereka berasal dan apa yang mereka makan, semua yang berkaitan dengan mereka. Ia bukannya tidak tahu apa pun soal itu, tapi entah bagaimana nampaknya ia mulai melupakannya.

Mendekati ujung pameran, dodo itu menghampiri sebuah diorama — di sana terdapat replika leluhurnya di balik kaca. Di bawahnya dijelaskan kalau dodo sudah punah.

Dodo itu merasa sangat sedih.

Tapi aku dodo! katanya. Aku ada di sini — aku hidup! Kenapa tidak ada yang mengerti?

Lantas dodo itu melihat bayangan dirinya di kaca.

Dan yang ia lihat adalah seekor ayam yang balas menatapnya.

***

Ya, Tuhan, kata dodo itu, menunduk, memandangi tubuhnya.

Ia melihat sayap ayam, juga kaki ayam.

Bagaimana ini bisa terjadi padaku? kata dodo itu. Aku ini dodo! Ini tidak benar! Ini bukan aku!

***

Dodo itu pulang dan merenung. Dan ia memutuskan untuk berubah. Ia tidak lagi menggoyangkan kepalanya maju-mundur seraya berkata bok-bok-bok-bok. Ia kembali berjalan seperti dodo.

Aku ini dodo! ia berteriak pada semua orang. Kalian mengerti?

***

Tentu saja, orang-orang tertawa seperti sebelumnya. Tapi kali ini, dodo itu tidak memedulikannya.

Aku ini dodo! Aku ini dodo! ia berteriak.

Lantas ia mematuki lutut orang-orang itu saat mereka mengabaikannya.

***

Tak lama kemudian, sebuah kabar beredar.

Ada seekor ayam sinting sedang berkeliaran dan menyerang orang-orang! kata mereka.

Lalu mereka semua berkumpul dan membentuk sebuah kelompok.

Kita harus beri pelajaran ayam itu! kata mereka.

***

Dari kejauhan dodo itu bisa melihat kelompok itu mendekat, tapi ia tidak kabur; ia tidak bersembunyi.

Aku ini dodo! ia berteriak. Aku bukan ayam!

Oh, ya? kata kelompok itu, seraya menghunus pisau.

***

Dodo itu memandangi mereka semua, sebelum akhirnya ia tersenyum.

Baiklah, katanya, seraya menerjang maju.

Kelompok itu pun menyerbunya, tapi dodo itu tidak terbang menghindar.

Dan terlihat bulu-bulunya yang asli berkilauan diterpa cahaya.

***

KETERANGAN

Dahulu kala, dodo — spesies burung yang tidak bisa terbang — hidup di pulau Mauritius, sebelah timur Madagaskar. Mereka merupakan endemik di daerah itu dan telah hidup selama ribuan tahun tanpa terganggu dengan burung-burung lainnya yang juga hidup di pulau tersebut. Mereka hidup di darat dan memakan buah yang jatuh dari pohon. Karena tidak membutuhkan sayap, dalam evolusinya, dodo kehilangan kemampuannya untuk terbang dan ukuran sayapnya semakin mengecil. Pada abad ke-16, setelah kehidupan yang damai tanpa kehadiran mamalia, sekelompok pemukim menginjakkan kaki di pulau tersebut. Dalam kurun waktu 100 tahun setelah kedatangan manusia ke Mauritius, seluruh spesies burung yang tidak bisa terbang itu punah. Dodo terakhir tewas pada pertengahan abad ke-17.

*Cerpen ini diambil dari kumpulan cerpen Tales of Falling and Flying (Penguin, 2017).

Naskah asli dari :
The Jakarta Post, 23 April 2018
https://lakonhidup.com/2018/04/23/the-dodo/

Komentar

Postingan Populer